Minggu, 23 Maret 2014

Mengejar Mimpi, Mengusahakan Mimpi, Meraih Mimpi (Amin)

Assalamu’alaikum,
It’s the first time I write in this blog.
Comment vas-tu? Ça va?
Nostalgia dikit yuk.

https://scontent-b-lhr.xx.fbcdn.net/hphotos-frc1/577855_3133675947783_1551340694_n.jpg
Puisi oleh Alifah



NB :
Ipe, udah aku kasih nama pengarangnya tuh, takut kena pelanggaran UU hak cipta, jadi berabe ntar ke belakangnya. Hehe..


Oke lanjut. Setelah merenungi dan menghayati isi puisi di atas, aku merasa bangga pernah berada di kelas yang bernama EINSTEIN. Kalian bukan hanya teman sekelas, tapi kalian adalah keluargaku. Gara-gara tema perpisahan “Evolusi Diri Menapaki Perjalanan Mimpi” itulah yang menyulut setitik tekadku untuk menikmati belahan bumi yang lain. Dan alhamdulillah, Allah telah memeluk salah satu mimpiku. I’m here now, in France. Merci beaucoup, ma petite famille…
Prancis. Apa yang terbersit di benak kalian saat terlafal kata ini? Mode, Eiffel, Napoleon, romantis, sekuler, bebas. Yap, benar. Semuanya sudah aku rasakan selama 3 bulan di sini. Dari betapa modisnya les français, sampai nafas sekularisme yang berhembus kencang di kehidupan sehari-hari warganya. Kecuali ya Napoleon itu. Mungkin karena bidang yang aku ambil di sini bukan sejarah, tapi social science.
Aku tinggal di lantai 9 cité universitaire (semacam asrama kampus gitu) yang beralamat di Rue du 141ème RIA, Marseille 13003, Prancis. Sengaja aku tulis lengkap siapa tahu ada yang mau ngirimin aku petis beserta krepek tette ke sini, because i miss rujak so much. Marseille adalah daerah paling selatan Prancis, yang membutuhkan waktu 3-3,5 jam perjalanan dari Paris naik kereta cepatnya Prancis, TGV (Train à Grande Vitesse). Untuk kehidupan kampus aku ceritain lain kali aja deh, karena sekarang aku lagi moodnya nulis tentang jalan-jalan, hehe…
Let’s start,
Perjalanku ke Paris dimulai tanggal 20 november 2013, berangkat 1 jam setelah kuliah terakhir di hari Rabu dari Gare (stasiun) Saint Charles Marseille, tepatnya jam 18.00. Setelah tiba di gare, ada pemberitahuan kalau keretanya telat 15 menit, jadi ya aku nyantai aja di tengah dinginnya udara malam musim gugur. Setelah kira-kira kereta datang, aku langsung menuju voie (jalur) keretaku. Di voie tersebut sudah ada keretaku terparkir rapi, tapi semua orang buru-buru. Ternyata oh ternyata, kereta hanya berhenti 5 menit saja, yah ini konsekuensi kereta datang telat. Jadi agar jadwal selanjutnya ga telat lagi, maka waktu transit kereta diperpendek. Jadilah aku lari-lari menuju seat-ku, yang ceritanya terletak di ekor kereta. Aku naik kereta pas 3 detik sebelum pintu kereta nutup (pintunya nutup otomatis, jadi kalau telat ya ga bisa naik). Wuusss, sejenak aku blank, antara bersyukur masih bisa naik dan ga bayangin kalo aku telat 3 detik saja, pasti aku akan meratap di gare, meratapi tiket yang hangus sia-sia. Tapi yaaah, alhamdulillah…
3,5 jam kemudian, sampailah aku di Gare de Lyon, Paris kira-kira jam 10.30. Kemudian aku menuju ke tempat salah satu teman di Paris. Dan tidak beruntungnya diriku, aku sempat ngambil metro yang salah, jadilah perjalanan ke tempat temanku butuh waktu 1,5 jam. Aku nunggu bis di kota Paris jam 12 malam, sendirian.  Sempat deg-degan juga sih, tapi ya positive thinking aja. Sampai di tempat temanku, aku langsung tepar, hehe